SPIRITUALISME

Dialog lintas agama, kepercayaan dan keyakinan.

Bangkitkan Revolusi Spiritual

Dimuat di POSMO Edisi 438, Tgl 26 September 2007.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, nasionalisme tampaknya hanya sebatas wacana. Nasionalisme telah luntur dan memudar. Akibat lunturnya nasionalisme tersebut, disadari atau tidak, menjadikan negeri ini berada dalam keterpurukan yang tak bertepi. Demikian diungkapkan oleh spiritualis Drs. Putra Wisnu Agung Diponegoro, M.Si menyikapi perihal lunturnya nilai-nilai nasionalisme dalam konteks berbangsa dan bernegara saat ini.

Pada sisi lain dikatakan, lunturnya nasionalisme memang bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yang paling dominan adalah akibat langsung dari gaya hidup hedonisme dan globalisasi. ”Terutama akibat globalisasi, jelas akan menjadikan jarak dan waktu serta lintas budaya tidak ada lagi benteng atau tamengnya dan mengikis nasionalisme.,” katanya.

Pria yang jugua Dekan Fakultas Ekonomi Unikversitas Surakarta (UNSA) ini menegaskan, membicarakan nasionalisme sebenarnya tidak bisa dilepaskan dengan pola pikir spiritualisme. Sebab, pada dasarnya antara nasionalisme dan spiritualisme dalam suatu negara akan berjalan seiring. ”Untuk itu, agar tak terjadi benturan antara pola pikir untuk menjadikna nasionalisme yang kokoh, bisa dimulai dari revolusi spiritual,” imbuhnya.Revolusi spiritual yang dimaksud, terang Wisnu, berarti mengembalikan lagi nilai-nilai luhur budaya spiritual asli dari bangsa ini. Jika hal tersebut bisa diterapkan, berarti akan menciptakan bangsa yang berkepribadian. Bukan sebaliknya, hanya memindahkan paham-paham asing secara utuh yang pada gilirannya akan mengakibatkan bangsa ini menjadi tergoncang.Menurutnya, revolusi spiritual dalam rangka mengembalikan nilai-nilai nasionalisme bagi bangsa Indonesia sebenarnya harus secepatnya dilakukan. Sebagaimana yang telah dilakukan di Cina, Jepang dan Thailand, dengan gerakan itu kenyataanya modernitas tak pernah mencabut akar budaya nasionalnya. Bahkan, globalisasi yang sangat luar biasa pengaruhnya terhadap nilai-nilai luhur bangsa sama sekali tak ada pengaruhnya. ”Dari revolusi spiritual yang dilakukan Jepang misalnya, justru membawa Jepang bisa kembali menjadi bangsa besar setelah hancur akibat perang dunia kedua,” tukas Wisnu.

Indonesia yang harus sesegera mungkin melakukan revolusi spiritual, mengingat paham-paham atau ajaran-ajaran spiritual Nusantara kini tengah dibenturkan dengan paham-paham spiritual modern atau asing. Padahal, paham-paham itu tidak cocok dengan  budaya kita yang penuh santun, toleransi, dan cinta damai. ”Diakui atau tidak, dari ilmu anthropologi, Indonesia disebut sebagai bangsa Peri-Peri atau bangsa pinggiran yang tengah tergoncang oleh peradaban spiritual. Karena itulah hendaknya nilai-nilai spiritual asli harus dibenahi sesuai nilai-nilai luhur bangsa,” papar Wisnu.Menengok sejarah masa lalu, terjadinya benturan antara paham-paham asing yang sekiranya tidak cocok dengan kepribadian nagsa Indoensia kenyatannya ditolak langsung oleh masyarakat. Seperti halnya aliran fasisme, fundametalis radikal, dan lainnya. Sehingga dengan revolusi spiritual ini diharapkan bisa memurnikanlagi budaya spiritual asli Nusantara dan meng-up grade paham-paham baru untuk ditata dan dicocokkan dengan kultur budaya Nusantara.

Disinggung mengapa harus dengan revolusi spiritual dalam rangka mengembalikan nasionalisme yang telah luntur dan memudar, Wisnu mengurai bahwa dengan cara tersebut kiranya akan berjalan aman dan tenang karena yang ditata kembali adalah persoalan jiwa. Lain halnya dengan revolusi fisik atau politik yang kemungkinan besar akan membawa korban yang dalam hal ini adalah rakyat.Wisnu menjelaskan, membentuk suatu bangsa dan negara sebenarnya tak hanya memerlukan tiga persyaratan utama, yakni wilayah, pemerintahaan dan rakyat. Namun dibalik itu sebenarnya masih ada hal pokok lagi yang tak boleh dikesampingkan, yakni jiwa atu ruh melu handarbeni (merasa ikut memiliki) bangsa dan negara serta melestarikan nilai-nilai luhur peradaban. ”Kalau kita pasif dan tak merasa ikut memiliki jelas negara ini akan hancur.” Sebaliknya, dengan revolusi spiritual dengan pasti akan menciptakan kebangaan sebagai warga negara. Dengan rasa kebanggaan sebagai warga negara secara secara otomatis akan melahirkan nasionalisme yang kokoh,” tukasnya. >> IRUL SB

5 thoughts on “Bangkitkan Revolusi Spiritual

  1. Saya setuju sekali perlunya revitalisasi spiritulialisme dalam bangsa ini, dalam bentuk kembali kpd pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam secara benar dan utuh. Islam sdh terbukti kebenarannya sbg pembawa keselamatan.

  2. saya sangat setuju dengan pemikiran panjenengan, cuma kadang saya berfikir kapan hal itu dimulai dan siapa yang berani tampil didepan untuk mewujudkan pemikiran panjenengan. Karena saya yakin pasti banyak perselisihan dan penolakan dari kalangan/golongan yang sekarang merasa memiliki nusantara ini…..

  3. Revolusi Spiritual sebenarnya sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam. tapi kaum mapan masih menguasai sepenuhnya sampai sekarang. sehingga Islam dikatakan termasuk sebagai agama, seperti agama sebelumnya. Sungguh tragis Islam,banyak disalah artikan dan disalah gunakan.saya berharap sesuai pesan Nabi bahwa:sepeninggalku Islam akan tebagi menjadi 72 bagian dan sebagai pertanda Islam sendiri akan dikembalikan kemurniannya.dan Orang Jawapun demikian wis ora Jawani.satria piningit saja dikejar-kejar.padahal satria piningit ada disetiap manusia. tinggal anda Iqra saja.Nabi saja Iqra dari Usia 25 Tahun sampai dengan Usia 42 Tahun(17 Tahun) dan Beliau dalam mendapatkan Anugerah untuk Isra-Miraj.disana beliau berdialog dengan Yang Maha Kuasa untuk umat Manusia. sehingga. beliau mengajarkan umatnya untuk Shalat,Mengaji.Puasa,dll.dimana Beliau mengingatkan kepada umatnya bahwa janganlah anda mengejar,mencari gaib diluar badan mu. badanmu sudah penuh dengan kegaiban. maka Iqra.dan berkeyakinan penuh kepada Rukun Iman.

    Semoga Revolusi Spiritual menjadi terwujud bagi semua Insan didunia. selamat berjuang.

Leave a reply to dewa Cancel reply